Sunday, 26 May 2013

Kekuasaan dan Politik


Kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi dan mendorong orang lain untuk mengikuti kehendak. Menurut Gilbert W. Fairholm mendefinisikan kekuasaan sebagai “... kemampuan individu untuk mencapai tujuannya saat berhubungan dengan orang lain, bahkan ketika dihadapkan pada penolakan mereka.” Fairholm lalu merinci sejumlah gagasan penting dalam penggunaan kekuasaan secara sistematik dengan menakankan bahwa kapasitas personal-lah yang membuat pengguna kekuasaan bisa melakukan persaingan dengan orang lain.  Kekuasaan dapat terjadi karena adanya ketergantungan.
Sumber Kekuasaan Formal :
1.      Kekuasaan Paksaan (Coercive Power)
Merupakan kekuasaan yang berbasis ketakutan/paksaan, karena seseorang memiliki kewenanangan untuk menghukum orang lain yang tidak menuruti kehendaknya.
2.      Kekuasaan Hadiah (Reward Power)
Kekuasaan yang berdasarkan pada kemampuan untuk memberikan hadiah yang berharga atau bermakna bagi orang lain.
Kuncinya :           
·         Harus bermakna
·         Tepat waktu
·         Tidak berlebihan
3.      Kekuasaan Hukum (Legitimasi Power)
Kekuasaan yang diterima karena seorang memiliki posisi pada hirarki formal.
4.      Kekuasaan Informasi ( Information Power)
Kekuasaan ini bisa didapatkan jika mempuyai akses informasi pada informasi yang orang lain hargai. Dengan mengontrol informasi atau aksesnya, ia membuat orang lain bergantung padanya.
5.      Kekuasaan Kharismatik
Kekuasaan yang diperoleh seseorang karena memiliki kharisma tertentu.
6.      Kekuasaan Pakar
Kekuasaan yang diperoleh seseorang karena ia memiliki keahlian tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain.
7.      Kekuasaan Rujukan
Kekuasaan yang dimiliki karena mempunyai hubungan dekat dengan orang yang memiliki otoritas  lebih tinggi atau lebih keandalan.

Alasan  orang bergantung, karena :
1.       Nilai penting
2.       Tidak tergantikan
3.       Kelangkaan

Politik adalah cara atau proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang sebelumnya sudah dirancang. Pada suatu organisasi, taktik berpolitik yang digunakan untuk mempengaruhi orang lain suatu karakter yang biasanya terjadi, yaitu :
1.       Mengalahkan orang lain
2.       Lepas tangan
3.       Bermanis-manis
4.       Meninggalkan tanggung jawab
5.       Menutup diri
6.       Menciptakan konflik
7.       Membentuk Koalisi

Setelah berhasil dengan taktik, ada yang dinamakan dengan manajemen kesan. Manajemen kesan yaitu keinginan seseorang untuk dapat mengontrol kesan orang lain terhadap diri seseorang. Tidak semua orang yang peduli terhadap manajemen kesan. Orang yang seperti itu cenderung menampilkan apa adanya dirinya di hadapan orang lain. namun, bagi orang yang sangat memperhatikan manajemen kesan, maka ia akan sebisa mungkin untuk menampilkan apa yang terbaik dari dirinya. Kesan ini dapat dilakukan melalui beberapa tindakan, yaitu :
1.       Kecocokan
2.       Dalih
3.       Permintaan maaf
4.       Promosi diri
5.       Bujukan
6.       Kemurahan
7.       Asosiasi

Politik tidak sama dengan kekuasaan dan pengaruh (influence). Ketiganya adalah konsep berbeda dan berdiri sendiri. Power atau kekuasaan mengekspresikan kapasitas individu untuk secara sengaja menimbulkan dampak pada orang lain. Pengaruh (influence) adalah kemampuan membuat orang menuruti kehendak pemberi pengaruh. Politik mendasarkan diri pada kekuasaan (kekuasaan), dan kekuasaan ini tidak terdistribusi secara merata di dalam organisasi. 

Sebab itu, siapa pun yang menggenggam kekuasaan di dalam organisasi akan menggunakannya guna mempengaruhi (to influence) orang lain. Dengan kata lain, kekuasaan adalah sumber daya sosial yang ditujukan demi melancarkan pengaruh, yaitu proses sosial, dan keduanya merupakan sokoguru politik.

Politik dapat didefinisikan sebagai kegiatan dimana individu atau kelompok terlibat sedemikian rupa guna memperoleh dan menggunakan kekuasaan untuk mencapai kepentingannya sendiri. Kendati politik punya kans merusak, politik sesungguhnya tidaklah buruk. Faktanya, kendatipun para manajer dan pekerja kerap menolak bahwa politik mempengaruhi kegiatan organisasi, sebuah riset mengindikasikan bahwa politik kantor muncul dan ia punya dampak terukur dalam perilaku organisasi. 

Definisi lain politik diajukan oleh Richard L. Daft, yang menurutnya adalah “... penggunaan kekuasaan guna mempengaruhi keputusan dalam rangka memperoleh hasil yang diharapkan." Penggunaan kekuasaan dan pengaruh membawa pada 2 cara mendefinisikan politik. Pertama, selaku perilaku melayani diri sendiri. Kedua, sebagai proses pembuatan keputusan organisasi yang sifatnya alamiah. 

Dalam definisi pertama, politik melibatkan kecurangan dan ketidakjujuran yang ditujukan demi kepentingan diri sendiri dan memicu konflik dan ketidakharmonisan di dalam lingkungan kerja. Pandangan suram atas politik ini umum dianut masyarakat awam. Suatu riset yang pernah diadakan dalam masalah ini menyuguhkan fakta bahwa pekerja yang menganggap kegiatan politik dalam jenis ini di perusahaan kerap dihubungkan dengan perasaan gelisah dan ketidakpuasan kerja.

Riset juga mendukung keyakinan tidak proporsionalnya penggunaan politik berhubungan dengan rendahnya moral pekerja, kinerja organisasi yang rendah, dan pembuatan keputusan yang buruk. Politik dalam cara pandang ini menjelaskan kenapa manajer tidak menyetujui
perilaku politik.

Dalam definisi kedua, politik dilihat sebagai proses organisasi yang alamiah demi menyelesaikan perbedaan di antara kelompok kepentingan di dalam organisasi. Politik adalah proses tawar-menawar dan negosiasi yang digunakan untuk mengatasi konflik dan perbedaan pendapat. Dalam cara pandang ini, politik sama dengan pembangunan koalisi dalam proses-proses pembuatan keputusan. Politik bersifat netral dan tidak perlu membahayakan organisasi.

Politik adalah penggunaan power (kekuasaan) agar sesuatu tercapai. Ketidakmenentuan dan konflik adalah alamiah dan tidak terelakkan. Politik adalah mekanisme guna mencapai persetujuan. Politik melibatkan diskusi-diskusi informal yang memungkinkan orang mencapai kesepakatan dan membuat keputusan yang mungkin bisa menyelesaikan masalah ataupun tidak.

No comments:

Post a Comment