Sunday, 9 June 2013

Kepemimpinan


Kepemimpinan berlangsung dalam kehidupan manusia sehari-hari. Kepemim­pinan sebagai suatu proses dapat berlangsung di dalam dan di luar suatu organisasi. Kepemimpinan yang efektif merupakan proses yang dinamis, karena berlangsung di lingkungan suatu organisasi sebagai sistem kerjasama sejumlah manusia untuk mencapai tujuan tertentu, yang bersifat dinamis pula.
Kepemimpinan yang efektif merupakan proses yang bervariasi, karena dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin dalam mewujudkan hubungan manusiawi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Di dalam proses seperti itu kepemimpinan akan berlangsung efektif, apabila fungsi-fungsi kepemimpinan diwujudkan sesuai dengan type kepemimpinan yang mampu memberikan peluang bagi orang yang dipimpin, untuk ikut berperan serta dalam menetapkan dan melaksanakan keputusan-keputusan. Dengan demikian berarti setiap kreativitas dan inisiatif dalam kepemim pinan yang efektif harus disalurkan dan dimanfaatkan.
Kepemimpinan merupakan masalah manusia, karena yang memimpin dan yang dipimpin adalah manusia, yang memiliki berbagai keterbatasan. Keterba tasan tersebut tidak dapat dilampaui manusia,  yang mengharuskan kepemim pinan dilaksanakan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kepemimpinan yang dipimpin. Prosesnya dapat dimanifestasikan dalam kegiatan kaderisasi, yang dapat menjadi sarana untuk secara terus menerus meningkatkan kualitas kepemimpinan, karena kepemimpinan tidak dapat dilaksanakan sekedar sebagai kegiatan rutin.
Menurut George R. Terry (yang dikutip dari Sutarto, 1998 : 17), kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.



Pengolahan Usaha
“BRIGHT PEOPLE”  ada dua sisi yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) dan Organisasi
Bright : Kita harus bisa mensugestikan diri kita sehingga ia sukses dan bahagia. Banyak sekali sumber daya manusia yang tidak memiliki cahaya dan pada akhirnya sedikit sekali yang bisa untuk menjadi pemimpin yang bersih dan bersinar. Agar menjadi “BRIGHT PEOPLE” anda harus memliki ciri-ciri seperti dibawah ini :
1.      Intelektual Capital (Brain)              : kemampuan cara berfikir dan intelektual.
2.      Spiritual Capital (Right)                   : modal spritual
Yang terdapat di dalam spritual capital ;
·                     Emosional Passion         : gairah emosional
·                     Heart Passion                   : gairah hati
·                     Spiritual Passion             : gairah spiritual
Manakah yang lebih kuat antara Intelektual/ Right didalam pengolahan usaha?
3.      Talent : Talenta/ bakat
“Anda tidak akan menjadi apa-apa apabila anda tidak memiliki passion dan tidak akan belajar dengan baik. Kenali talent anda, minat anda, dan bakat anda.
Dari ketiga ciri-ciri diatas disebut Competence
“Kenali kapasitas anda agar tidak menjadi masalah di kehidupan anda”
Bright People itu adalah Paradigma : “Sukses itu hadir setiap detik, bagaimana kita menjalani hidup kita”
Paradigma adalah pola piker dan akan menuju ke kompetensi.

Behaviour  adalah tingkah laku
         Behaviour bukan soal “Take and Give” atau “Mengambil dan Memberi”
          Melainkan “semakin bright anda semakin give yang artinya semakin bersinar anda akan semakin memberi.
Pengelolaan usaha yaitu kegiatan usaha yang dilakukan perusahaan/Individu dalam bisnisnya dalam pendirian usaha, penyusunan anggaran keuangan, serta menjalankan perusahaan yang berkaitan aspek produksi, pemasaran, sumberdaya manusia, serta pengelolaan keuangan.
Apabila kita ingin menjadi pengolah usaha kita harus memiliki
a.       Gambaran usaha
b.      Keunikan usaha
c.       Strategi usaha

Sunday, 26 May 2013

Kekuasaan dan Politik


Kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi dan mendorong orang lain untuk mengikuti kehendak. Menurut Gilbert W. Fairholm mendefinisikan kekuasaan sebagai “... kemampuan individu untuk mencapai tujuannya saat berhubungan dengan orang lain, bahkan ketika dihadapkan pada penolakan mereka.” Fairholm lalu merinci sejumlah gagasan penting dalam penggunaan kekuasaan secara sistematik dengan menakankan bahwa kapasitas personal-lah yang membuat pengguna kekuasaan bisa melakukan persaingan dengan orang lain.  Kekuasaan dapat terjadi karena adanya ketergantungan.
Sumber Kekuasaan Formal :
1.      Kekuasaan Paksaan (Coercive Power)
Merupakan kekuasaan yang berbasis ketakutan/paksaan, karena seseorang memiliki kewenanangan untuk menghukum orang lain yang tidak menuruti kehendaknya.
2.      Kekuasaan Hadiah (Reward Power)
Kekuasaan yang berdasarkan pada kemampuan untuk memberikan hadiah yang berharga atau bermakna bagi orang lain.
Kuncinya :           
·         Harus bermakna
·         Tepat waktu
·         Tidak berlebihan
3.      Kekuasaan Hukum (Legitimasi Power)
Kekuasaan yang diterima karena seorang memiliki posisi pada hirarki formal.
4.      Kekuasaan Informasi ( Information Power)
Kekuasaan ini bisa didapatkan jika mempuyai akses informasi pada informasi yang orang lain hargai. Dengan mengontrol informasi atau aksesnya, ia membuat orang lain bergantung padanya.
5.      Kekuasaan Kharismatik
Kekuasaan yang diperoleh seseorang karena memiliki kharisma tertentu.
6.      Kekuasaan Pakar
Kekuasaan yang diperoleh seseorang karena ia memiliki keahlian tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain.
7.      Kekuasaan Rujukan
Kekuasaan yang dimiliki karena mempunyai hubungan dekat dengan orang yang memiliki otoritas  lebih tinggi atau lebih keandalan.

Alasan  orang bergantung, karena :
1.       Nilai penting
2.       Tidak tergantikan
3.       Kelangkaan

Politik adalah cara atau proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang sebelumnya sudah dirancang. Pada suatu organisasi, taktik berpolitik yang digunakan untuk mempengaruhi orang lain suatu karakter yang biasanya terjadi, yaitu :
1.       Mengalahkan orang lain
2.       Lepas tangan
3.       Bermanis-manis
4.       Meninggalkan tanggung jawab
5.       Menutup diri
6.       Menciptakan konflik
7.       Membentuk Koalisi

Setelah berhasil dengan taktik, ada yang dinamakan dengan manajemen kesan. Manajemen kesan yaitu keinginan seseorang untuk dapat mengontrol kesan orang lain terhadap diri seseorang. Tidak semua orang yang peduli terhadap manajemen kesan. Orang yang seperti itu cenderung menampilkan apa adanya dirinya di hadapan orang lain. namun, bagi orang yang sangat memperhatikan manajemen kesan, maka ia akan sebisa mungkin untuk menampilkan apa yang terbaik dari dirinya. Kesan ini dapat dilakukan melalui beberapa tindakan, yaitu :
1.       Kecocokan
2.       Dalih
3.       Permintaan maaf
4.       Promosi diri
5.       Bujukan
6.       Kemurahan
7.       Asosiasi

Politik tidak sama dengan kekuasaan dan pengaruh (influence). Ketiganya adalah konsep berbeda dan berdiri sendiri. Power atau kekuasaan mengekspresikan kapasitas individu untuk secara sengaja menimbulkan dampak pada orang lain. Pengaruh (influence) adalah kemampuan membuat orang menuruti kehendak pemberi pengaruh. Politik mendasarkan diri pada kekuasaan (kekuasaan), dan kekuasaan ini tidak terdistribusi secara merata di dalam organisasi. 

Sebab itu, siapa pun yang menggenggam kekuasaan di dalam organisasi akan menggunakannya guna mempengaruhi (to influence) orang lain. Dengan kata lain, kekuasaan adalah sumber daya sosial yang ditujukan demi melancarkan pengaruh, yaitu proses sosial, dan keduanya merupakan sokoguru politik.

Politik dapat didefinisikan sebagai kegiatan dimana individu atau kelompok terlibat sedemikian rupa guna memperoleh dan menggunakan kekuasaan untuk mencapai kepentingannya sendiri. Kendati politik punya kans merusak, politik sesungguhnya tidaklah buruk. Faktanya, kendatipun para manajer dan pekerja kerap menolak bahwa politik mempengaruhi kegiatan organisasi, sebuah riset mengindikasikan bahwa politik kantor muncul dan ia punya dampak terukur dalam perilaku organisasi. 

Definisi lain politik diajukan oleh Richard L. Daft, yang menurutnya adalah “... penggunaan kekuasaan guna mempengaruhi keputusan dalam rangka memperoleh hasil yang diharapkan." Penggunaan kekuasaan dan pengaruh membawa pada 2 cara mendefinisikan politik. Pertama, selaku perilaku melayani diri sendiri. Kedua, sebagai proses pembuatan keputusan organisasi yang sifatnya alamiah. 

Dalam definisi pertama, politik melibatkan kecurangan dan ketidakjujuran yang ditujukan demi kepentingan diri sendiri dan memicu konflik dan ketidakharmonisan di dalam lingkungan kerja. Pandangan suram atas politik ini umum dianut masyarakat awam. Suatu riset yang pernah diadakan dalam masalah ini menyuguhkan fakta bahwa pekerja yang menganggap kegiatan politik dalam jenis ini di perusahaan kerap dihubungkan dengan perasaan gelisah dan ketidakpuasan kerja.

Riset juga mendukung keyakinan tidak proporsionalnya penggunaan politik berhubungan dengan rendahnya moral pekerja, kinerja organisasi yang rendah, dan pembuatan keputusan yang buruk. Politik dalam cara pandang ini menjelaskan kenapa manajer tidak menyetujui
perilaku politik.

Dalam definisi kedua, politik dilihat sebagai proses organisasi yang alamiah demi menyelesaikan perbedaan di antara kelompok kepentingan di dalam organisasi. Politik adalah proses tawar-menawar dan negosiasi yang digunakan untuk mengatasi konflik dan perbedaan pendapat. Dalam cara pandang ini, politik sama dengan pembangunan koalisi dalam proses-proses pembuatan keputusan. Politik bersifat netral dan tidak perlu membahayakan organisasi.

Politik adalah penggunaan power (kekuasaan) agar sesuatu tercapai. Ketidakmenentuan dan konflik adalah alamiah dan tidak terelakkan. Politik adalah mekanisme guna mencapai persetujuan. Politik melibatkan diskusi-diskusi informal yang memungkinkan orang mencapai kesepakatan dan membuat keputusan yang mungkin bisa menyelesaikan masalah ataupun tidak.

Monday, 13 May 2013

KONFLIK


Menurut kamus besar bahasa Indonesia konflik adalah percekcokkan, perselisihan, pertentangan. Konflik berasal dari kata kerja bahasa latin yaitu configure yang berarti saling memukul. Secara Sosiologis konflik diartikan sebagai proses social antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
Jika dilihat definisi secara sosiologis, konflik senantiasa ada dalam kehidupan masyarakat sehingga konflik tidak dapat dihilangkan tetapi hanya dapat diminimalkan.

Beberapa Faktor Penyebab Konflik
Perbedaan individu yang didasari oleh perbedaan pendirian dan perbedaan perasaan. Setiap manusia memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda, sehingga dalam menilai sesuatu tentu memiliki penilaian yang berbeda-beda. Misalnya masyarakat menilai kebijakan pemerintah mengenai menaikkan harga BBM karena harga bahan mentah naik. Tentu setiap masyarakat akan menilai dengan pemikirannya masing-masing yang mungkin secara umum terbagi menjadi kelompok yang pro dan kontra.
 Perbedaan kebudayaan sehingga membentuk pribadi yang berbeda
Orang dari kebudayaan berbeda, misalnya orang jawa dengan orang papua yang memiliki budaya berbeda, jelas akan membedakan pola pikir dan kepribadian yang berbeda pula. Jika hal ini tak ada suatu hal yang dapat mempersatukan, akan berakibat timbulnya konflik.
Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok
Manusia merupakan mahkluk yang unik karena satu dengan yang lain relative berbeda. Berbeda pendirian, pemikiran, perilaku, kebiasaan, dsb. Dari perbedaan itu tentu timbul perbedaan kepentingan yang latar belakangnya juga berbeda. Misalnya mengenai masalah pemanfaatan hutan. Para pecinta alam menganggap hutan sebagai bagian dari lingkungan hidup manusia dan habitat dari flora dan fauna. Sedangkan bagi para petani hutan dapat menghambat tumbuhnya  jumlah areal persawahan atau perkebunan. Bagi para pengusaha kayu tentu ini menjadi komoditas yang menguntungkan. Dari kasus ini ada pihak – pihak yang memiliki kepentingan yang saling bertentangan, sehingga dapat berakibat timbulnya konflik.
Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat
Perubahan merupakan suatu hal yang wajar didalam kehidupan bermasyarakat. Tetapi perubahan yang sangat cepat akan memicu timbulnya konflik. Misalnya masyarakat pedesaan yang secara umum matapencariannya bertani yang hidupnya bergotong-royong dengan jadwal waktu yang relative tidak mengikat, kemudian tumbuh suatu industry dengan waktu yang relative cepat dengan kebiasaan cenderung individualis, disiplin kerja dan waktu kerja ditentukan, yang secara umum mengubah nilai-nilai masyarakat desa tadi, tentu  akan menimbulkan konflik berupa penolakan diadakannya industry di wilayah itu.

Akibat-akibat dari konflik.
Konflik dapat baik dan tidak baik. Konflik berakibat tidak baik seperti :
1.   Menghambat komunikasi, karena pihak-pihak yang berkonflik cenderung tidak berkomunikasi.
2.  Menghambat keeratan hubungan.
3.  Karena komunikasi relative tidak ada, maka akan mengancam hubungan pihak-pihak yang berkonflik.
4.  Mengganggu kerja sama.
5.  Hubungan yang tidak terjalin baik, bagaimana mungkin terjadi kerjasama yang baik.
6.  Mengganggu proses produksi,bahkan menurunkan produksi.
7.  Kerja sama yang kurang baik, maka produktifitas pun rendah.
8.  Menimbulkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan.
9.  Karena produktifitas rendah, timbullah ketidakpuasan terhadap pekerjaan.
10. Yang kemudian berakibat pada individu mengalami tekanan, mengganggu konsentrasi, menimbulkan kecemasan, mangkir, menarik diri, frustasi dan apatisme.
Konflik berakibat baik seperti:
1.   Membuat suatu organisasi hidup, bila pihak-pihak yang berkonflik memiliki kesepakatan untuk mencari jalan keluarnya.
2.  Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan merupakan salah satu akibat dari konflik, yang tujuannya tentu meminimalkan konflik yang akan terjadi dikemudian hari.
3.  Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi perubahan dan perbaikan dalam system serta prosedur, mekanisme, program, bahkan tujuan organisasi.
4.  Memunculkan keputusan-keputusan yang inovatif.
5.  Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap perbedaan pendapat.
Penyelesaian Konflik
Jika konflik sudah tidak manageable, tidak konstruktif, melainkan sudah cenderung destruktif, sulit ditangani, dan tidak mengarah pada terciptanya kreativitas serta produktifitas maka berikut ini adalah prinsip “7F” dalam menangani konflik. Ketujuh prinsip ini mengacu pada nilai-nilai universal yang bisa diterima semua tipikal orang. Prinsip “7F” tersebut adalah:
1.  Face
Hadapi (face it) dan tangani setiap konflik yang muncul.
Sebagian orang memilih bersikap menghindari konflik atau membiarkan begitu saja setiap konflik yang terjadi. Alasannya, konflik tersebut mereka anggap akan selesai dengan sendirinya. Konflik kecil yang tidak dihadapi dan ditangani dengan benar, berpotensi mendatangkan masalah besar bagi sebuah organisasi.
2.  Freeze
Setiap konflik biasanya selalu menimbulkan suasana tegang dan panas.
Agar dapat ditangani dengan baik maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendinginkan suasana (freeze). Caranya antara lain dengan memfokuskan dan menempatkan setiap persoalan pada tempatnya, meluruskan motivasi dari pihak-pihak yang terlibat konflik, serta memberi pengertian bahwa semua perbedaan bisa dibicarakan.
3.  Flight
Sebelum lebih jauh menangani suatu konflik, dalam kasus tertentu ada kalanya lebih baik memisahkan (to flightof) pihak-pihak yang konflik, agar permasalahan konflik tidak terus berkembang.
4.  Fact
Kumpulkan fakta (fact finding) yang memadai.
Salah satu persyaratan untuk menangani konflik secara adil (fair), diperlukan dukungan fakta, data, bukti, dan saksi yang memadai. Tanpa kelengkapan fakta yang memadai maka sulit mengambil kesimpulan atau keputusan yang adil.
5.  Fair
Banyak konflik yang terjadi, umumnya dipicu oleh sikap yang tidak adil.
Salah satu pihak atau pihak tertentu merasa dirugikan, dicurangi, ditipu, ditindas, dilecehkan, difitnah, dan seterusnya. Jika kita menyadari bahwa akar pesoalan konflik sering kali disebabkan oleh sikap tidak adil, maka cara efektif menangani konflik adalah memberdayakan sikap adil (fair). Sikap adil biasanya didasari oleh pola pikir yang obyektif, netral, dan mendengarkan argumentasi dari kedua belah pihak ataupun melibatkan opini pihak ketiga. Dari situ kemudian menempatkan persoalan secara seimbang serata proporsional untuk dasar mengambil kesimpulan maupun keputusan.
6.  Friendly
Pendekatannya jangan menyerang (refresif), tetapi bersahabat (persuasif). Motivasinya bukan membenci orangnya tetapi perbuatannya. Sikap adil masih belum cukup kuat untuk mengambil keputusan dalam menyelesaikan konflik. Karena itu di pengadilan masih ada kesempatan naik banding, dan kasasi untuk meminta grasi (kemurahan hati). Tingkatan dalam putusan pengadilan ini menunjukkan bahwa faktor keadilan masih memerlukan beberapa jenjang lagi untuk mengambil vonis akhir.
Grasi (kemurahan hati) adalah wujud hukum persahabatan atau friendly. Friendly ini merupakan konsep yang berdasar pada sikap “membenci perbuatannya tetapi tidak terhadap orangnya”. Sikap keliru selama ini membenci perbuatannya dan orangnya. Konsep Lembaga Pemasyarakatan (LP) sebenarnya membenci perbuatan, tetapi tidak membenci orangnya. Karena itu narapidana dibina dalam LP, jadi hukuman yang diberikan dalam rangka mendidik, bukan menghancurkan dan mempermalukan. Inilah pengertian dari friendly.
7.    Firm
Firm adalah ketegasan atau keyakinan kuat bahwa keadilan (fair) dan persahabatan (friendly) adalah solusi terbaik untuk semua pihak. Mungkin menyakitkan tapi menyembuhkan. Hal itu lebih baik dari pada menyenangkan tetapi mematikan. Ketegasan dalam menyelesaikan konflik memang dibutuhkan apalagi bila berkaitan dengan masalah pelanggaran berat yang dilakukan oleh si karyawan. Ketegasan sangat diperlukan, dalam arti bahwa pihak perusahaan mau tidak mau harus tega melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap si karyawan yang melakukan pelanggaran berat tersebut. Pertimbangannya bila perusahaan tidak bersikap tegas hal tersebut justru akan menimbulkan dampak negatif bagi karyawan yang lain. Karyawan yang lain dapat menjadi tidak percaya terhadap manajemen dan melihat peluang untuk berbuat kesalahan yang sama dengan karyawan yang bersangkutan.
Sejatinya konflik memang suatu hal yang mau tidak mau akan terus ada dalam kehidupan manusia.Baik dalam hubungan keluarga, pertemanan, percintaan, bahkan pekerjaan. Maka dari itu, tidak seharusnya kita berusaha menghindar dari konflik yg jelas sekali tidak akan pernah bisa di hindari.Yang benar adalah bagaimana cara meminimalisir resiko negatif dari suatu konflik dan bagaimana penyelesaian terbaik dalam menghadapi konflik terutama di tempat kerja yg pasti rentan dengan itu semua.